Hingga saat ini penyakit pada sapi yang disebabkan oleh parasit masih memegang peranan yang tinggi sebagai faktor yang menghambat produktifitas hewan ternak. Penyakit parasit pada sapi yang saat ini sedang mewabah adalah penyakit Surra. Penyakit Surra disebabkan oleh protozoa Trypanosoma evansi. Namun hingga saat ini belum dapat diketahui pencegahan pada penyakit Surra ini mengingat sulitnya biologi parasit Trypanosoma dikaitkan dengan adanya keunikan struktur Variance Surface Glycoprotein yang menyulitkan dalam pemberantasan dan pencegahannya. Selain itu, gambaran penyakit ini sangat bervariasi mulai dari akut hingga subklinis dan kronis di daerah endemis populasi ternak. Hal lain yang menyulitkan dalam pencegahan dan pengendaliannya adalah keberadaan vektor lalat kandang yang selalu ada dengan kondisi iklim tropis Indonesia.
Trypanosoma evansi hidup di dalam plasma darah dan cairan jaringan ruminansia. Parasit ini ditularkan oleh artropoda penghisap darah seperti lalat kandang Tabanus sp, Stomoxys calcitrans, Haematobia sp dan sebagainya. Wabah Surra terjadi terakhir pada tahun 2013 di Pulau Sumba dan mengakibatkan kematian pada kuda sebanyak 390 ekor dan pada kerbau di Provinsi Banten sebanyak 14 ekor. Pada awal tahun 2014, puluhan sapi dan kerbau mati diberbagai wilayah di Indonesia khususnya Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ini diperkirakan lebih besar, namun mengingat kurangnya pemahaman penyakit Surra pada Dinas dan Tenaga Kesehatan Hewan sehingga kurang mendapat perhatian. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit setiap tahunnya.
Selain itu penyakit ini juga diketahui dapat menular kepada manusia. Kasus Trypanosoma evansi pada manusia telah dilaporkan terjadi di Afrika, Malaysia, India, Sri Lanka dan Malaysia. Namun demikian laporan kematian pada manusia akibat T. evansi hanya terjadi di India pada tahun 2005 dan 2007 (Joshi et al., in Am. J. Trop., 2005; Desquesnes, 2013).
Mengingat arti penting dan distribusinya yang demikian luas tersebut, telah banyak dilakukan kajian tentang T. evansi dari berbagai aspek. Kerugian yang lain juga teramati seperti penurunan produksi, pertumbuhan yang terhambat dan jika tidak diobati dapat mengakibatkan kematian. Kerugian yang diakibatkan oleh T. evansi ini diperkirakan mencapai US$ 22.4 juta per tahun (Ronoharjo et al, 1986). Kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit Surra diperkirakan lebih besar daripada trypanosomiasis yang menyerang ternak di Afrika, yang diperkirakan berkisar US$ 1.3 Milyar mengingat kerugian akibat turunnya produksi daging dan susu.
Saat ini penyakit Surra sudah mencakup di banyak negara tropis di Asia, Amerika dan Afrika yang dapat menyerang kuda, kerbau, sapi, anjing, satwaliar dan unta. Untuk Asia Tenggara, Surra pada ternak sudah menyebar di Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Keberadaan satwaliar dan tikus sebagai karier perlu diperhitungkan seperti kasus di Thailand dan Malaysia. Disamping itu merebaknya lalat Tabanus, Stomoxys dan Hematobia di negara Asean memungkinkan penyebaran Surra menjadi lebih cepat.
Sehubungan dengan hal tersebut, Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam menyongsong peringatan Dies Natalisnya yang ke 68 , bekerjasama dengan Lembaga kerjasama Internasional dari Perancis, CIRAD/IRD, Kasetsart University, Mahidol University, dan organisasi kerjasama antar lembaga riset dan perguruan tinggi terkait penyakit-penyakit manusia dan hewan sebagai emerging infectious diseases di Asia Tenggara (GREASE) menyelanggarakan International Seminar on Biting Flies as Vectors of Trypanosomiasis and The Role of One Health in Animal Health bertempat di gedung UC UGM, Yogyakarta, tanggal 19 Mei 2014. Dalam seminar ini dihadiri oleh para pembicara dari 6 negara terdiri atas peneliti perguruan tinggi, lembaga riset penyakit hewan (Veterinary Research Institute) di ASEAN, yang akan membahas berbagai topik penyakit hewan di ASEAN sebanyak 50 judul. Sebagai pembicara kunci dalam seminar internasional ini adalah Dr. Marc Desquesnes dan Dr. Stephane Herder dari Perancis sebagai konsultan WAHO dan OIE.
Rangkaian kegiatan dari Seminar Internasional ini dilanjutkan dengan Workshop/Training on Diagnosis and control of human and animal trypanosomiasis and their vectors in Asia: from field to laboratory, yang akan diselenggarakan pada tanggal 20-24 Mei 2014 di Laboratorium Parasitologi, Fak. Kedokteran Hewan UGM.Workshop dan training ini diikuti oleh 40 peserta dari negara-negara di ASEAN yang terdiri atas peneliti dari perguruan tinggi, lembaga riset bidang kesehatan hewan dan manusia. Tujuan Seminar dan Workshop Trypanosoma dan Vektornya adalah:
- Memberikan informasi dan hasil-hasil penelitian terkait Trypanosoma dan vektornya yaitu lalat dari sisi diagnose, epidemiologi, dampak, pengendalian, trapping lalat, identifikasi, mekanisme penularan, dan pengobatan terhadap trypanosomiasis
- Meningkatkan kapasitas peneliti, tenaga kesehatan hewan, pengambil kebijakan dan praktisi dalam pengendalian dan pemberantasan penyakit Surra dan vektornya
- Memperkuat basis sistem kesehatan hewan yang terpadu dan terintegrasi dengan kebijakan pemerintah melalui peningkatan kapasitas berbagai pihak yang terlibat
- Memperkuat pelayanan kesehatan hewan yang berkelanjutan dalam pemberantasan dan pengendalian Surra dan vektornya sesuai dengan standard OIE
- Mengembangkan jaringan kerjasama antar institusi di dalam dan luar negeri, khususnya ASEAN dan Uni Eropa.
Pembicara yang hadir adalah:
- Dr Stéphane Herder (IRD/UMR InterTryp – France)
- Dr Marc Desquesnes (CIRAD/UMR InterTRyp – France)
- Dr Aurélie Binot (CIRAD-AGIRs- France)
- Dr Chandrawathani Panchadcharam (VRI, Malaysia)
- Dr Alan Dargantes (CMU Philippines)
- Prof. Dr Sathaporn Jittapalapong (Kasetsart University Thailand)
- Dr Jumnongjit Phasuk (FVM/KU – Thailand)
- Dr Thuy Do Thi Thu (NVRI – Hanoi, Vietnam)
- Dr Chuong Phung Quoc (NVRI – Hanoi, Vietnam)
- Prof. Dr Wayan T Artama (FVM UGM, Indonesia)
- Dr Wisnu Nurcayo (FVM GMU, Indonesia)
- Direktur Kesehatan Hewan, Dirjenakkeswan, Kementan RI
- Dr April Wardana (Balitvet, Indonesia)
- Balai Besar Veteriner Medan, Indonesia
- Balai Veteriner Bukittinggi, Indonesia
- Balai Veteriner Banjarbaru, kalimantan Selatan, Indonesia
- Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, Indonesia
- Balai Besar Veteriner Denpasar, Indonesia
- Balai Besar Veteriner Maros, Makassar, Indonesia
- Dinas Peternakan Waingapu, Sumba, NTT, Indonesia
- Para peneliti dari Perguruan Tinggi se Indonesia
Workshop yang akan diselenggarakan hari Selasa hingga sabtu, 20-24 Mei ini bertempat di Laboratorium Parasitologi FKH UGM, Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Kebun Percobaan KP4 UGM, Berbah, Yogyakarta, Peternakan Sapi Perah, Kaliurang, Sleman, Peternakan Sapi Potong, Pandansimo, Bantul.
Harapan dari kegiatan seminar dan workshop internasional ini adalah dapat memberikan rekomendasi terkait permasalahan Trypanosomiasis di Indonesia dan Asia, baik pada hewan, ternak, satwaliar maupun kemungkinan pada manusia. Selain itu juga dapat menerapkan metode diagnose dan deteksi yang aplikatif terhadap Trypanosmiasis pada hewan dan ternak dengan menggunakan metode parasitology, serologi dan molekuler, menerapkan metode trapping vector lalat beserta cara identifikasinya yang akurat terhadap beberapa genus dan spesies penting yang berperan sebagai vektor penyakit Surra, mendiskusikan prospek kerjasama terkait proposal riset dalam pencegahan, pengendalian dan pengobatan terhadap Surra dalam kerangka OneHealth, membangun sinergi antar bidang dalam rangka surveillance Trypanosomiasis di Asean dan Indonesia.